Selasa, 26 Maret 2013

Menapaki Puncak Arjuno


Berawal dari ketidaksengajaan ketika sedang membaca tulisan salah satu kompasianer mengenai perjalanannya menggapai puncak Mahameru, akhirnya aku bertemu dengan sebuah komunitas yang menamakan dirinya, GAMANANTA. Sebuah komunitas yang anggotanya adalah orang-orang yang memiliki jiwa seorang traveller. GAMANANTA didirikan oleh Rifky Faiza Rahman, Muchlis Setiawan, dan Kurniawan Eko. Ketiganya merupakan mahasiswa perguruan tinggi negeri di Malang. Mas Rifky adalah seorang yang aku sebut diatas, yaitu kompasianer yang menulis sebuah catatan perjalanan menapaki puncak Mahameru. Tulisan yang dibuat Mas Rifky sangat menarik, dan yang lebih membuat penasaran adalah penyebutan komunitas GAMANANTA di dalam tulisannya. Karena rasa penasaran itulah, akhirnya aku dapat berjumpa dengan para pendirinya sekaligus anggotanya yang kesemuanya memiliki jiwa traveler dan  menjadi salah satu bagian dari agenda ekspedisi GAMANANTA. Yaitu Pendakian Ke Gunung Arjuno. Dan inilah catatan ekspedisiku bersama GAMANANTA dalam Menapaki Puncak Gunung Arjuno.

14 Maret 2013
Hari ini aku merasa lebih bersemangat, karena hari ini aku akan memulai ekspedisi perdana bersama GAMANANTA untuk mendaki Gunung Arjuno. Pukul 09.00 aku berangkat dari Situbondo menuju kota malang, sebagai meeting point yang ditentukan. Jam 15.00 aku tiba di terminal arjosari, dan aku dijemput oleh Mas Rifky. Walaupun kami sebelumnya tidak pernah bertemu secara langsung, tapi untunglah tidak terlalu sulit mengenali 1 sama lain,(secara hanya aku yang memakai tas carrier di keramaian, hehe.) Kami pun berangkat menuju meeting point yang ditentukan. Tiba di meeting point, sudah ada 2 orang yang datang lebih dulu, yaitu Mas Rony, dan Mas Mukhlis. Tak lama, datang lagi 2 orang, Ike dan Lita. Kami pun saling berkenalan. Setelah itu, Rizky dan Zaki juga tiba di meeting point. Sudah 8 orang, termasuk aku, anggota GAMANANTA yang akan melakukan pendakian. Kurang 1 orang lagi, karena yang akan ikut pendakian berjumlah 9 orang.  Dan setelah menunggu beberapa waktu, yang ditunggu akhirnya datang juga, yaitu Norma. Setelah jumlah anggota lengkap, kami pun mulai membagi peralatan kelompok dan logistik ke masing-masing carrier.  Setelah siap semua, kami melakukan briefing dan berdoa bersama agar diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Yang Maha Kuasa. Tepat Jam 19.15 kami berangkat dari kota Malang menuju jalur pendakian Gunung Arjuno yang kami pilih, yaitu melalui pos pendakian Tretes. Tak lupa, mejeng dulu sebelum budal, hehe....



 Pukul 21.00 kami tiba di pos tretes. Setibanya disana, Mas Rifky, sebagai ketua tim mengurusi administrasi pendakian, dan yang lainnya beristirahat sejenak. Setelah urusan administrasi kelar, kami pun langsung mengisi perut yang mulai tadi sudah demo karena lapar, hehe...

Urusan administrasi sudah beres, perut pun sudah kenyang. Sekarang saatnya untuk melangkahkan kaki menapaki gunung Arjuno. Tak lupa kami briefing sebentar dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Tepat pukul 22.20 kami start pendakian.

Ji Ro Lu, . .Budal !!!

Trek awal yang kami lewati masih jalanan aspal dengan tanjakan yang memiliki kemiringan 15-30derajat. Baru sekitar 15 menit berjalan, salah satu pasukan cewek, Lita, mengalami kelelahan, dan sempat merasa down, mungkin agak shock dengan trek yang ada, karena ini adalah pendakian pertamanya. Tapi untunglah, kawan-kawan yang lain bisa menenangkan Lita dan memberikan support agar Lita dapat lebih kuat untuk melanjutkan pendakian.
Setelah berjalan kurang lebih 40 menit, kami tiba di pos 1, yang dinamakan Pet Bocor. Jam menunjukkan pukul 23.00. Kami beristirahat sebentar sebelum melanjutkan ke pos 2, yang sekaligus akan menjadi tempat bermalam bagi kami.

 

 Setelah cukup istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan malam menyusuri jalan setapak ditemani hawa dingin sepanjang perjalanan, dan dengan semangat yang terus kami jaga demi tercapainya tujuan kami, menapaki Puncak Gunung Arjuno. Sekitar 10 menit berjalan dari Pet Bocor, kini trek yang ada berganti dari jalan aspal menjadi jalan dengan bebatuan khas gunung vulkanik.

15 Maret 2013
 Jam menunjukkan pukul 00.15, artinya kami telah berjalan selama kurang lebih 2 jam sejak dari pos pendakian tretes. Malam semakin larut, tapi untunglah bintang masih bertebaran di atas sana, menandakan langit masih bersahabat dengan kami. Hawa dingin semakin terasa, membuat pernapasan menjadi sedikit agak berat. Trek yang kami lalui begitu terjal dengan bebatuan-bebatuan khas gunung vulkanik. Dan selama kami berjalan 2 jam, kami belum menemui trek yang menurun, kesemuanya adalah trek tanjakan dengan kemiringan 15-30derajat, bahkan bisa dibilang juga tak ada trek landai. Cukup menguras tenaga. Tak heran, kami harus beberapa kali break sejenak untuk mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga.

Langkah demi langkah, kami terus menapaki jalur makadam. Sesekali kami menengok ke belakang, terlihat dari kejauhan, pemandangan kota Malang di malam hari yang dihiasi lampu-lampu. Sungguh sebuah tatanan yang indah, cukup menjadi obat penawar untuk mengusir lelah sejenak. Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Sudah 3 jam lebih kami berjalan. Pandangan mata kami kini lebih leluasa, karena di sisi kanan kiri kami sudah tidak tertutup oleh pepohonan-pepohonan rapat seperti sejak awal pendakian, dan kami mendengar adanya aliran air. Berdasarkan informasi, pos 2, yaitu pos kokopan, adalah sumber mata air, itu artinya kami sudah dekat dengan pos 2. Semangat kami menjadi berlipat, segera kami lanjutkan perjalanan dan berharap lekas sampai di Pos kokopan. Tapi setelah cukup lama berjalan, kami masih belum sampai di pos 2. Rasa lelah terus menyerang kami, ditambah hawa dingin yang semakin menjadi. Belum lagi rasa kantuk yang juga mulai melanda kami, karena jam sudah menunjukkan pukul 02.15 dini hari. Beberapa kali kami harus break sebentar. Ingin rasanya segera merebahkan badan dan memejamkan mata untuk beristirahat.

Tapi akhirnya, jam 03.15, setelah 5 jam berjalan, kami sampai di pos 2, Pos Kokopan. Dan tanpa buang-buang waktu lagi, kami langsung mendirikan tenda. Ada 3 tenda yang kami dirikan. Selesai mendirikan tenda, kami langsung masuk ke tenda masing-masing untuk menghangatkan badan, karena cuaca di luar sangat dingin. Ditambah rasa lelah dan kantuk yang luar biasa, tak butuh waktu lama bagi kami untuk segera pergi ke 'pulau kapuk'. Hehe, .

Jam 06.30 aku terbangun, dan terdengar kawan-kawan lain sedang menyiapkan peralatan masak di luar tenda. Sinar mentari begitu hangat pagi ini. Langsung kubasuh muka di sumber mata air yang tak jauh dari tenda kami. Dingin dan menyegarkan khas mata air pegunungan. Dari kejauhan, terlihat panorama Gunung Penanggungan. Cukup indah suasana pagi ini.

Oatmeal beserta makanan ringan seperti biskuit dan ditambah segelas teh hangat menjadi menu pengisi perut pagi ini. Tapi si mas Rony, punya sarapan sendiri, yaitu mie instan, karena dia tidak suka makan oatmel. Padahal kawan-kawan yang lain 'memaksanya' untuk mencoba oatmel. Tapi si Mas Rony tetap pada pendiriannya. Ya sudahlah, .hehe, .

Setelah menu breakfast dilahap habis, sekarang waktunya mengemasi tenda dan perlengkapan lain untuk bersiap melanjutkan pendakian. Tepat jam 09.00 kami sudah selesai mem-packing barang bawaan masing-masing, dan siap untuk berangkat. Seperti biasa, diawali dengan briefing dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan kelancaran dan perlindungan selama pendakian.

Ji. .Ro. .Lu. .Budaal !!!

Seperti biasa, kami langsung berhadapan dengan trek tanjakan berbatu khas pegunungan. Kami melangkah secara perlahan dan pasti, menikmati perjalanan. Sambil terus fokus, karena di sisi kanan kami adalah jurang. Cuaca pagi ini masih lumayan cerah walaupun dari kejauhan nampak kabut tipis mulai menutupi punggungan Gunung Arjuno. Setelah berjalan kurang lebih 45 menit, kami mendapati sebuah pos peristirahatan, lumayan untuk sedikit meregangkan otot sejenak. Lagipula, hujan sudah mulai turun jadi sekalian kami berteduh. Sekitar 10 menit beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan.

Trek yang kami lalui sekarang menjadi lebih “menyebalkan”. Kami harus melalui tanjakan-tanjakan dengan kemiringan lebih dari 30derajat. Tidak ada trek “bonus” (re:landai). Terlalu sering melihat ke depan, justru membuat kami semakin “jengkel” dengan trek yang ada, hehe.. Tapi no problem. Memang inilah seni mendaki Gunung. Kalo nggak mau capek ya sudah bobo aja di rumah. Hehe…

Kemudian, trek yang kami lalui sedikit berbeda. Kami akan melalui trek dengan pohon-pohon pinus yang mengelilingi kami selama pendakian. Trek inilah yang disebut “ Alas Lali Jiwo”. Mendengar namanya, membuat kami semakin waspada. Karena kami sekarang berada di alam bebas dengan bahaya yang selalu bisa muncul setiap waktu. Ditambah lagi, Gunung Arjuno yang kami daki saat ini sangat kental dengan mitos-mitosnya. Salah satu mitos yang cukup terkenal adalah ketika kita melakukan pendakian ke Gunung Arjuno, dan di tengah perjalanan mendengar adanya suara gamelan, maka sebaiknya jangan melanjutkan pendakian, karena akan tertimpa musibah jika pendakian dilanjutkan. Konon, para pendaki akan menjadi bagian dari makhluk gaib penghuni Gunung Arjuno, dan tidak akan pernah bisa kembali ke dunia nyata. Itulah alam. Selalu rendah hati dan ingat Nama-Nya adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.
Jalanan setapak yang kami lalui kini sedikit bersahabat, alias tidak melulu tanjakan, tapi diselingi trek landai. Lumayan. Sejauh kami berjalan, barisan pohon pinus yang menjulang tinggi mengelilingi kami. Setelah berjalan kurang lebih 4,5 jam, akhirnya kami tiba di pos 3, yaitu Pondokan. Di sini terdapat beberapa bangunan sederhana yang  biasa ditempati oleh para penambang Belerang.

Kami beristirahat sejenak di Pondokan untuk mengatur napas dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan, karena kami tidak berencana bermalam di Pondokan, tapi kami akan bermalam di Lembah Kijang, yang dapat ditempuh dalam 30 menit perjalanan saja dari Pondokan.
Pukul 15.30, kami telah tiba di Lembah Kijang. Kami mendapati areal yang tidak terlalu luas tapi cukup untuk mendirikan 3 tenda, dan yang terpenting adalah dekat dengan sumber mata air. Kami pun bergegas untuk mendirikan tenda dan mempersiapkan untuk makan malam. Menu makan malam ini adalah Nasi sayur sop dengan lauk nugget. Cukup banyak kami membuat makan malam, sebagai pengganti energi setelah lumayan terkuras dengan trek pendakian mulai dari pos Kokopan sampai ke Lembah Kijang. Sekaligus untuk mempersiapkan tenaga untuk melakukan pendakian ke Puncak Arjuno yang rencananya dimulai jam 03.00 dini hari nanti.

Mas mukhlis sebagai chef dengan lihainya meracik menu makan malam ini. Aroma masakan yang keluar membuat perut kami semakin berontak untuk segera diisi dengan makanan yang ada. Hehe….

Walaupun menu makanan yang ada cukup sederhana, tapi karena adanya rasa kebersamaan dengan kawan-kawan, membuat hidangan makanan ini menjadi luar biasa enak ketika disantap. Diselingi canda tawa, makan malam menjadi hal yang cukup berkesan. Momen-momen seperti inilah yang sangat mahal harganya, dan belum tentu semua orang bisa mendapatkannya.
Setelah makan malam habis disantap, kini saatnya untuk beristirahat, karena dini hari nanti kami akan mulai pendakian ke Puncak.

16 Maret 2013
Pukul 02.30 aku terbangun. Walaupun sedikit ngantuk, aku dan kawan-kawan langsung bergegas mempersiapkan perlengkapan untuk Summit Trekking. Tas Carrier kami tinggal di tenda, untuk mengurangi beban kami, hanya 3 tas daypack yang kami bawa. Sedangkan para Pasukan Cewek mempersiapkan logistik untuk summit trekking, yaitu roti 3 lapis dengan selai kacang untuk masing-masing orang. Tapi kali ini, jumlah kami hanya 8 orang. Mas Rony memilih untuk tidak ikut pendakian ke Puncak bersama kami dan memilih untuk menjaga tenda.
Well, setelah semua personil dan perlengkapan siap, kami melakukan pemanasan sejenak untuk peregangan otot. Dilanjutkan dengan briefing sebentar, dan berdoa Kepada Yang Maha Kuasa agar selalu diberikan kemudahan dan perlindungan.

Kami siap untuk menapaki Puncak Arjuno.

Ji. .Ro. .Lu. .Budal !!!

Tepat pukul 03.30 kami mulai pendakian. Rasa kantuk dan hawa dingin menemani perjalanan kami. Jalur yang kami lalui hanya jalan setapak bahkan terkadang kurang jelas karena tertutup rerumputan liar, dan kalau kurang waspada, akan sedikit bingung dengan jalur yang ada. Tapi untunglah, selama perjalanan, banyak papan penunjuk arah, maupun tanda-tanda yang ditempel di pepohonan menuju puncak Arjuno. Di sekeliling kami masih sama, ditumbuhi oleh jejeran pohon pinus yang menjulang tinggi.
Disaat kebanyakan orang sedang terlelap dalam tidurnya beralaskan kasur empuk dan selimut hangat, kami berada di hutan belantara, berjalan di gelapnya malam dan diterpa hawa dingin. Tapi kami senang. Inilah pendakian. Dan kami yakin, tak lama lagi, perjuangan kami akan terbayar lunas ketika kami bisa berdiri di Puncak Gunung Arjuno. Dan apa yang akan kami dapatkan, tak akan bisa ternilai harganya.

Pukul 05.00. Matahari dengan sedikit malu-malu mulai menampakkan wajahnya. Hawa dingin perlahan mulai tergantikan dengan hangatnya sinar mentari pagi. Kami terus berjalan menapaki punggungan Gunung Arjuno. Tanjakan demi tanjakan kami lalui. Cukup membuat kaki kami terasa pegal. Sekitar pukul 06.00 kami menemukan areal datar yang cukup lebar, lalu kami memutuskan untuk melaksanakan sholat subuh di areal tersebut.
Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan. Entah sudah di ketinggian berapa kami berada. Di Belakang kami terlihat panorama Gunung Kembar dan Gunung Welirang.

Mentari pagi terus beranjak dari tidurnya. Dan kini sudah pukul 07.00. Jejeran pohon pinus sudah tidak lagi mengelilingi kami. Artinya kami telah melewati “ Alas Lali Jiwo” dan kami sudah semakin dekat dengan puncak. Pandangan kami kini lebih leluasa. Terlihat di belakang kami, agak jauh disana, Puncak Gunung Welirang berada 1 garis dengan posisi kami berdiri. Bisa diperkirakan, kami telah berada di ketinggian 3100mdpl. Kami semakin bersemangat, karena kami yakin Puncak Arjuno sudah sangat dekat dengan kami.

Kemudian kami tiba di sebuah dataran, awalnya kami senang, karena kami kira sudah sampai di Puncak Arjuno. Tapi ternyata kami salah, itu hanyalah Puncak Bayangan. Sementara Puncak Arjuno masih terlihat cukup jauh di depan kami. Yah, tak apalah, sedikit memberikan harapan kepada kami, setelah cukup lelah kami berjalan. Hehe….

Kami lanjutkan perjalanan, dan kami melewati sebuah dataran yang disana terdapat kuburan, entah kuburan siapa. Iniliah yang dinamakan Kawasan “Pasar Dieng” atau ada yang menyebut “Pasar Setan”. Di kawasan ini, ada mitos yang cukup kuat. Sesuai namanya, menurut orang yang bisa melihat hal-hal gaib, di kawasan ini, seringkali pada waktu-waktu tertentu, merupakan tempat berkumpulnya para makhluk-makhluk gaib. Dan konon, dari beberapa pendaki yang pernah bermalam di sekitar “Pasar Dieng” ini ketika malam hari mendengar suara-suara yang sangat ramai, padahal saat itu tidak ada orang sama sekali selain rombongan mereka.
Entahlah, hanya sekedar mitos atau memang benar-benar nyata. Tapi yang pasti, kita harus ingat bahwa di dunia ini, Allah menciptakan berbagai macam makhluk, baik yang nyata dan yang gaib. Tawakkal dan berserah diri Kepada-Nya adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan.

Setelah kami melewati kawasan Pasar Dieng, sekitar 30 menit kemudian, akhirnya kami tiba di sebuah tempat yang kami perjuangkan sejak awal pendakian. Puncak Gunung Arjuno. Ya, tepat pukul 08.00 kami berdiri di Puncak Gunung Arjuno. Rasa syukur yang tak terhingga kami ucapkan kepada Yang Maha Kuasa karena dapat berdiri di Puncak Gunung Arjuno untuk dapat melihat Kebesaran dan Keagungan-Nya. Seketika kami disadarkan kembali bahwa sebagai manusia, kita bukanlah siapa-siapa, dan tidak ada apa-apanya. Kita begitu kecil di hadapan-Nya. Seperti yang  terlihat saat ini, hamparan langit luas yang entah dimana ujungnya terbentang di hadapan kami. Kami sekarang berada di ketinggian 3390 mdpl. Syukur Alhamdulillah. Rasa lelah, letih, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 jam, kini akhirnya terbayar lunas dan tuntas. Berdiri di Puncak Gunung Arjuno adalah sebuah momen yang tak akan pernah kami lupakan dan tak akan pernah bisa ternilai harganya. Benar-benar luar biasa.

Kami sangat menikmati momen saat berada di Puncak Gunung Arjuno. Pandangan kami sangat leluasa. Hamparan langit luas terbentang di hadapan kami. Jauh di bawah sana, terlihat tatanan kota Malang dan sekitarnya. Dan dari Puncak Arjuno, terlihat Gunung Semeru yang begitu disegani berada jauh di depan kami. Semoga suatu saat kami juga bisa berada di puncaknya. Luar biasa indah. Ini Indonesiaku. Begitu bangga aku menjadi orang Indonesia dengan segala keindahan alam yang tak pernah ada habisnya. Dan saat ini aku menikmati keindahan Indonesiaku.

Tapi sayang, kami tidak bisa berlama-lama berada di Puncak Gunung Arjuno, karena kondisi cuaca yang bisa begitu cepat berubah seperti datangnya badai. Sehingga tanpa buang-buang waktu lagi, kami mengabadikan momen di Puncak Arjuno. Dimulai dengan foto narsis pribadi, dan terakhir dilanjutkan foto keluarga bersama GAMANANTA.





Setelah puas berfoto ria, kami langsung turun kembali menuju kawasan Pasar Dieng untuk beristirahat dan menyantap menu makan pagi ala kadarnya, yang penting energy dapat terpenuhi. Cukup lama kami beristirahat di Pasar Dieng, lalu kami melanjutkan perjalanan turun menuju Lembah Kijang. Perjalanan turun tidak serta merta mudah, sama melelahkan ketika perjalanan menuju puncak. Ketahanan fisik kami benar-benar diuji.

Jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Lembah Kijang Sudah mulai terlihat, tapi kemudian dari kejauhan kami melihat ada orang yang melakukan pendakian sendiri, dan sepertinya kami tahu siapa orang itu. Ya, itu Mas Rony. Ternyata Mas Rony berinisiatif untuk menyusul kami menuju puncak, karena sebelum pendakian Mas Rony bilang kalau jam 11.00 kami belum juga sampai di Lembah Kijang, dia akan menyusul kami, khawatir kami tersesat. Inisiatif yang cukup bagus. Tapi syukurlah kami tidak tersesat, hanya butuh waktu yang agak lama untuk bisa kembali ke Lembah Kijang, karena beberapa kali kami harus break untuk mengumpulkan tenaga yang terkuras. Pukul 12.30 akhirnya kami sampai kembali di Lembah Kijang. Alhamdulillah.

Kami mengistirahatkan badan sejenak. Tapi tak lama kemudian, hujan mulai turun. Kami semua masuk ke dalam tenda cewek (Nah Lho..). Hehe…Kami ngumpul di dalam tenda cewek, tujuannya buat sharing-sharing pengalaman ditambah acara main kartu poker, sambil nunggu hujan reda buat persiapan masak untuk makan malam. Hujan di luar cukup deras, dan hawanya cukup dingin, untunglah kami semua ada di dalam 1 tenda, jadi terasa hangat. Keakraban dan kehangatan kebersamaan bersama kawan-kawan GAMANANTA mampu mengalahkan rasa dingin di luar sana. Hehe….

Setelah hujan reda, kami pun langsung mempersiapkan memasak untuk makan malam. Menu makan malam ini adalah oseng-oseng sayur dengan lauk nugget. Seperti biasa Chef Mukhlis dengan terampil meracik menu makan malam. Tapi malam ini agak sedikit berbeda, Mas Mukhlis tidak bisa makan bareng kawan-kawan, karena kondisi badannya kurang fit, dan tadi sore langsung tidur setelah selesai memasak.
Setelah makan malam, kami melakukan briefing sebentar mengenai rencana melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Welirang. Ya, semula kami memang merencanakan untuk mendaki 2 gunung, yaitu Arjuno dan Welirang. Dan rencana minggu dini hari nanti kami akan berangkat pendakian ke Gunung Welirang. Tapi dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya disepakati pendakian ke Gunung Welirang dibatalkan. Hal ini untuk menjaga keselamatan dan keamanan masing-masing orang. Kondisi fisik kami sudah terlalu payah dan tenaga terkuras setelah pendakian ke Puncak Arjuno. Biarlah lain waktu jika ada kesempatan kami akan kembali untuk mendaki Gunung Welirang. Toh Gunung Welirang juga tidak akan kemana-mana juga kan, Hehe…….

17 Maret 2013
Pukul 07.00 kami semua telah bangun dan mempersiapkan untuk acara sarapan pagi. Kondisi Mas Mukhlis sudah lebih baik dari kemarin. Menu sarapan pagi ini adalah Sayur Sop, dengan lauk Omelete, dan perkedel. Kami habiskan sisa logistik, agar bisa mengurangi beban bawaan ketika perjalanan turun nanti.

Pukul 09.00 kami mulai membongkar tenda dan melakukan packing untuk persiapan perjalanan turun. Dan pukul 10.30 kami selesai melakukan packing dan semuanya telah siap untuk melakukan perjalanan kembali ke Pos Tretes. Briefing sebentar, dilanjutkan Berdoa kepada Yang Maha Kuasa.



Ji. .Ro. .Lu. .Budal !!!


Cuaca hari ini cukup cerah, dan semoga tetap cerah sampai kami tiba di Pos Tretes. Perjalanan turun kami jalani dengan santai, apalagi dengan kondisi fisik yang sudah benar-benar terkuras selama 3 hari pendakian ke puncak. Kami nikmati perjalanan ini. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan beberapa pendaki yang akan melakukan pendakian ke Gunung Welirang. Keakraban begitu cepat terasa, walaupun kami tidak pernah mengenal mereka sebelumya. Ya, momen seperti itu hanya bisa didapat ketika melakukan pendakian.

Kabut mulai turun, dan menghalangi pandangan kami. Kami berjalan sambil menjaga jarak agar tidak terpisah terlalu jauh. Perjalanan turun sama “menjengkelkan” dengan pada saat pendakian menuju puncak. Sama-sama membuat kaki terasa sangat pegal, bahkan sesekali bergetar karena saking capeknya berjalan dan menahan beban. Benar-benar menguji ketahanan fisik.

Pukul 14.00 kami tiba di Pos Kokopan. Disini kami beristirahat cukup lama untuk mengisi perut dengan oatmel, sisa logistik yang ada. Lumayan untuk menambah energy sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah istirahat cukup, perjalanan pun dilanjutkan. Cukup cepat kami berjalan ketika turun. Mungkin motivasi untuk bisa cepat sampai ke rumah bisa mengalahkan capek yang luar biasa melanda kami. Hehe….

Dan Alhamdulillah, pukul 17.30 kami tiba di Pos Tretes dengan keadaaan selamat, tanpa kurang 1 apapun dan dengan jumlah personil yang lengkap seperti pada awal pendakian, walaupun badan sudah terasa remek, dan segera ingin bisa tidur nyenyak malam ini.




-Gunung tidak bisa memberikan harta berharga, tapi bisa memberikan ilmu yang tiada tara-



Minggu, 15 Juli 2012

Si Pendidik dan Yang di-didik


     Tidak mudah menjadi seorang pendidik yang benar-benar bisa mendidik seseorang dan mengajarkan seseorang untuk menjadi bisa melakukan suatu hal. Seorang yang berprofesi sebagai Guru, belum tentu bisa dikatakan sebagai seorang pendidik yang baik. Karena berhasil tidaknya seseorang dalam mendidik, bukan bergantung pada profesinya, tapi bagaimana metode dan cara yang dipakai oleh si pendidik itu sendiri di dalam proses mendidik. Mendidik bukanlah menggurui, yang hanya menjelaskan panjang lebar tentang suatu hal, tapi yang di-didik tidak bisa memahami apa yang dijelaskan oleh si Pendidik atau dengan kata lain tidak memberikan hasil sama sekali. Mendidik adalah lebih kepada memberikan contoh konkret tentang apa yang sedang diajarkan dan menggunakan metode dan cara agar yang di-didik bisa memahami apa yang diajarkan kepadanya. Untuk membuat proses mendidik itu menjadi usaha yang berhasil, yang paling mendasar dan harus dipenuhi, yaitu adanya saling pengertian dan saling respek antara Pendidik maupun yang di didik. Kenapa demikian? Karena jika tidak ada pengertian dan saling respek satu sama lain, meskipun proses mendidik dilakukan berapa lamapun, tidak akan ada hasilnya. 

     Ibarat 2 orang yang akan berjalan menuju sebuah tempat, tapi diantara mereka tidak ada rasa pengertian, tidak ada kesepahaman. Orang pertama ingin berjalan cepat, tapi orang kedua ingin berjalan lebih santai. Hasilnya apa, tidak akan bisa beriringan kedua orang tersebut dalam berjalan menuju ke tempat yang dituju, begitupun pada akhirnya, mereka tidak akan bisa berbarengan tiba di tempat tujuan mereka.

     Ilustrasi tersebut sama dengan proses mendidik. Kalau sejak awal, antara si pendidik dan yang di-didik tidak ada saling pengertian, saling respek, saling memahami, hasilnya akan percuma saja. Si pendidik maunya A, tapi yang di didik maunya B. Nah, disinilah sebenarnya ujian kapasitas dari si Pendidik itu sendiri. Bagaimana Si pendidik menggunakan metode dan caranya untuk bisa mengerti dan memahami apa yang dimau oleh didikannya, sehingga ada respek dan antusias untuk menerima didikan, sehingga nantinya proses mendidik akan berjalan mudah dan dapat diatur dengan mudah, yang pada akhirnya bertujuan agar proses mendidik tersebut membuahkan hasil yang maksimal. Setiap pendidik memiliki metode dan caranya masing-masing dalam mendidik, begitupun yang di-didik, pasti memiliki begitu banyak keragaman karakter dan watak. Seorang pendidik harus pandai-pandai membaca karakter yang di-didik dan memilih metode yang pas yang akan digunakan dalam mendidik. 

     Pemilihan metode mendidik haruslah didasarkan atas kebutuhan yang di-didik bukan atas keinginan pribadi semata. Pada kondisi ini, seorang pendidik dapat dikatakan berada posisi lebih mengalah kepada yang di-didik. Hal itu bukanlah menjadi suatu masalah, yang paling penting adalah bagaimana proses mendidik itu dapat berlangsung efektif dan membuahkan hasil. Dengan memilih metode yang pas untuk yang di-didik, secara otomatis akan membuat si didikan menjadi respek kepada si pendidik dan memiliki antusias untuk memperhatikan segala apa yang diajarkan kepadanya. Jika respek itu sudah didapat, akan lebih mudah dalam mendidik, sebaliknya, jika yang di-didik tidak respek dan tidak memiliki antusias kepada si pendidik, Karena merasa tidak ada yang menarik, proses mendidik akan menjadi terhambat, dan hasilnya pun tidak akan seperti yang diharapkan. 

     Oleh karena itu, jadilah seorang pendidik yang benar-benar bisa mendidik, bisa memberikan contoh teladan untuk anak-anak didiknya. Jangan hanya menjadi pendidik yang hanya bisa menggurui anak didiknya, tapi hasil didikannya adalah Nol Besar alias tidak ada hasil sama sekali.

Minggu, 08 April 2012

Coretkan Mimpimu Pada Selembar Kertas


    Mimpi adalah hal yang bisa terus mendorong manusia untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Tanpa Mimpi, hidup manusia tidak akan ada warna, tidak akan ada semangat hidup dalam melangkah, kehidupannya akan terasa hambar. Karena tanpa Mimpi, manusia seperti berjalan tanpa arah dan tujuan. Tapi dengan adanya Mimpi, akan ada sinar menyala di dalam hati manusia yang akan membuat manusia terus bersemangat menjalani hidup, melangkah ke depan dengan optimis yang tinggi untuk mencapai kebahagiaan, yaitu terwujudnya Mimpi.

    Manusia memang punya banyak Mimpi, tapi hanya beberapa Mimpi yang bisa diwujudkan, sedang Mimpi lainnya hanya sekedar angan-angan yang melayang entah kemana tanpa bisa diraih. Ada banyak faktor penyebab Mimpi tidak bisa diwujudkan. Salah satunya adalah kurangnya fokus dalam mengejar Mimpi tersebut. Cobalah untuk menuliskan Mimpi-Mimpi kita pada selembar kertas. Tuliskan Mimpi-Mimpi kita secara spesifik. Berapapun Mimpi kita dan apapun Mimpi kita, tuliskan saja. Tidak perlu berpikir apakah kita mungkin untuk meraih Mimpi tersebut. 

    Setelah kita menuliskan semua mimpi kita pada selembar kertas. Sekarang bacalah mimpi-mimpi kita yang telah kita tulis mulai dari awal. Selesai membaca tiap mimpi kita, bayangkan kita bisa meraih mimpi tersebut, bayangkan kebahagaiaan yang akan kita rasakan ketika kita bisa mewujudkan mimpi kita. Lalu kita bayangkan sepintas saja, bagaimana alur dan proses yang mungkin nantinya akan kita jalani hingga mencapai mimpi kita. Bayangkan saja, walaupun hal itu sepertinya mustahil dan tidak masuk akal bagi kita. Tapi just do it !! Karena dengan membayangkan hal positif, itu akan merangsang otak kita untuk selalu bertindak kearah yang positif.

    Baca 1 per 1 mimpi kita sampai habis, dan di akhir mimpi yang kita baca. Ucapkan secara perlahan “Saya akan meraih semua mimpi saya!!” Resapi secara mendalam kalimat terakhir tersebut. Baca mimpi-mimpi pada selembar kertas tersebut tiap pagi setelah bangun tidur, dan tentukan mana yang akan anda wujudkan terlebih dahulu. Lalu fokuslah untuk mengejar mimpi tersebut. Jika satu mimpi telah kita capai, coretlah mimpi tersebut dari daftar mimpi kita.

    Dengan usaha, doa, dan keyakinan yang kuat, yakinlah bahwa suatu hari nanti, Pada selembar kertas tersebut, kita hanya akan menemukan coretan-coretan, karena kita telah berhasil mewujudkan semua mimpi kita.