Blog Sederhana Penampung Inspirasi
Minggu, 26 Mei 2013
Selasa, 26 Maret 2013
Menapaki Puncak Arjuno
Berawal dari ketidaksengajaan
ketika sedang membaca tulisan salah satu kompasianer mengenai perjalanannya
menggapai puncak Mahameru, akhirnya aku bertemu dengan sebuah komunitas yang
menamakan dirinya, GAMANANTA. Sebuah komunitas yang anggotanya adalah orang-orang
yang memiliki jiwa seorang traveller. GAMANANTA didirikan oleh Rifky Faiza
Rahman, Muchlis Setiawan, dan Kurniawan Eko. Ketiganya merupakan mahasiswa
perguruan tinggi negeri di Malang. Mas Rifky adalah seorang yang aku sebut
diatas, yaitu kompasianer yang menulis sebuah catatan perjalanan menapaki
puncak Mahameru. Tulisan yang dibuat Mas Rifky sangat menarik, dan yang lebih
membuat penasaran adalah penyebutan komunitas GAMANANTA di dalam tulisannya.
Karena rasa penasaran itulah, akhirnya aku dapat berjumpa dengan para
pendirinya sekaligus anggotanya yang kesemuanya memiliki jiwa traveler dan menjadi salah satu bagian dari agenda
ekspedisi GAMANANTA. Yaitu Pendakian Ke Gunung Arjuno. Dan inilah catatan
ekspedisiku bersama GAMANANTA dalam Menapaki Puncak Gunung Arjuno.
14 Maret 2013
Hari ini aku merasa lebih
bersemangat, karena hari ini aku akan memulai ekspedisi perdana bersama
GAMANANTA untuk mendaki Gunung Arjuno. Pukul 09.00 aku berangkat dari Situbondo
menuju kota malang, sebagai meeting point yang ditentukan. Jam 15.00 aku tiba
di terminal arjosari, dan aku dijemput oleh Mas Rifky. Walaupun kami sebelumnya
tidak pernah bertemu secara langsung, tapi untunglah tidak terlalu sulit
mengenali 1 sama lain,(secara hanya aku yang memakai tas carrier di keramaian,
hehe.) Kami pun berangkat menuju meeting point yang ditentukan. Tiba di meeting
point, sudah ada 2 orang yang datang lebih dulu, yaitu Mas Rony, dan Mas
Mukhlis. Tak lama, datang lagi 2 orang, Ike dan Lita. Kami pun saling
berkenalan. Setelah itu, Rizky dan Zaki juga tiba di meeting point. Sudah 8
orang, termasuk aku, anggota GAMANANTA yang akan melakukan pendakian. Kurang 1
orang lagi, karena yang akan ikut pendakian berjumlah 9 orang. Dan setelah menunggu beberapa waktu, yang
ditunggu akhirnya datang juga, yaitu Norma. Setelah jumlah anggota lengkap,
kami pun mulai membagi peralatan kelompok dan logistik ke masing-masing
carrier. Setelah siap semua, kami
melakukan briefing dan berdoa bersama agar diberikan kelancaran dan kemudahan
oleh Yang Maha Kuasa. Tepat Jam 19.15 kami berangkat dari kota Malang menuju
jalur pendakian Gunung Arjuno yang kami pilih, yaitu melalui pos pendakian
Tretes. Tak lupa, mejeng dulu sebelum budal, hehe....
Pukul 21.00 kami tiba di pos
tretes. Setibanya disana, Mas Rifky, sebagai ketua tim mengurusi administrasi
pendakian, dan yang lainnya beristirahat sejenak. Setelah urusan administrasi
kelar, kami pun langsung mengisi perut yang mulai tadi sudah demo karena lapar,
hehe...
Urusan administrasi sudah
beres, perut pun sudah kenyang. Sekarang saatnya untuk melangkahkan kaki
menapaki gunung Arjuno. Tak lupa kami briefing sebentar dan memanjatkan doa
kepada Yang Maha Kuasa. Tepat pukul 22.20 kami start pendakian.
Ji Ro Lu, . .Budal !!!
Trek awal yang kami lewati
masih jalanan aspal dengan tanjakan yang memiliki kemiringan 15-30derajat. Baru
sekitar 15 menit berjalan, salah satu pasukan cewek, Lita, mengalami kelelahan,
dan sempat merasa down, mungkin agak shock dengan trek yang ada, karena ini
adalah pendakian pertamanya. Tapi untunglah, kawan-kawan yang lain bisa
menenangkan Lita dan memberikan support agar Lita dapat lebih kuat untuk
melanjutkan pendakian.
Setelah berjalan kurang lebih
40 menit, kami tiba di pos 1, yang dinamakan Pet Bocor. Jam menunjukkan pukul
23.00. Kami beristirahat sebentar sebelum melanjutkan ke pos 2, yang sekaligus
akan menjadi tempat bermalam bagi kami.
Setelah cukup istirahat, kami
pun melanjutkan perjalanan malam menyusuri jalan setapak ditemani hawa dingin
sepanjang perjalanan, dan dengan semangat yang terus kami jaga demi tercapainya
tujuan kami, menapaki Puncak Gunung Arjuno. Sekitar 10 menit berjalan dari Pet
Bocor, kini trek yang ada berganti dari jalan aspal menjadi jalan dengan
bebatuan khas gunung vulkanik.
15 Maret 2013
Jam menunjukkan pukul 00.15, artinya kami
telah berjalan selama kurang lebih 2 jam sejak dari pos pendakian tretes. Malam
semakin larut, tapi untunglah bintang masih bertebaran di atas sana, menandakan
langit masih bersahabat dengan kami. Hawa dingin semakin terasa, membuat
pernapasan menjadi sedikit agak berat. Trek yang kami lalui begitu terjal
dengan bebatuan-bebatuan khas gunung vulkanik. Dan selama kami berjalan 2 jam,
kami belum menemui trek yang menurun, kesemuanya adalah trek tanjakan dengan
kemiringan 15-30derajat, bahkan bisa dibilang juga tak ada trek landai. Cukup
menguras tenaga. Tak heran, kami harus beberapa kali break sejenak untuk
mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga.
Langkah demi langkah, kami
terus menapaki jalur makadam. Sesekali kami menengok ke belakang, terlihat dari
kejauhan, pemandangan kota Malang di malam hari yang dihiasi lampu-lampu.
Sungguh sebuah tatanan yang indah, cukup menjadi obat penawar untuk mengusir
lelah sejenak. Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Sudah 3 jam lebih
kami berjalan. Pandangan mata kami kini lebih leluasa, karena di sisi kanan
kiri kami sudah tidak tertutup oleh pepohonan-pepohonan rapat seperti sejak
awal pendakian, dan kami mendengar adanya aliran air. Berdasarkan informasi, pos
2, yaitu pos kokopan, adalah sumber mata air, itu artinya kami sudah dekat
dengan pos 2. Semangat kami menjadi berlipat, segera kami lanjutkan perjalanan
dan berharap lekas sampai di Pos kokopan. Tapi setelah cukup lama berjalan,
kami masih belum sampai di pos 2. Rasa lelah terus menyerang kami, ditambah
hawa dingin yang semakin menjadi. Belum lagi rasa kantuk yang juga mulai
melanda kami, karena jam sudah menunjukkan pukul 02.15 dini hari. Beberapa kali
kami harus break sebentar. Ingin rasanya segera merebahkan badan dan memejamkan
mata untuk beristirahat.
Tapi akhirnya, jam 03.15,
setelah 5 jam berjalan, kami sampai di pos 2, Pos Kokopan. Dan tanpa
buang-buang waktu lagi, kami langsung mendirikan tenda. Ada 3 tenda yang kami
dirikan. Selesai mendirikan tenda, kami langsung masuk ke tenda masing-masing
untuk menghangatkan badan, karena cuaca di luar sangat dingin. Ditambah rasa
lelah dan kantuk yang luar biasa, tak butuh waktu lama bagi kami untuk segera
pergi ke 'pulau kapuk'. Hehe, .
Jam 06.30 aku terbangun, dan
terdengar kawan-kawan lain sedang menyiapkan peralatan masak di luar tenda.
Sinar mentari begitu hangat pagi ini. Langsung kubasuh muka di sumber mata air
yang tak jauh dari tenda kami. Dingin dan menyegarkan khas mata air pegunungan.
Dari kejauhan, terlihat panorama Gunung Penanggungan. Cukup indah suasana pagi
ini.
Oatmeal beserta makanan
ringan seperti biskuit dan ditambah segelas teh hangat menjadi menu pengisi
perut pagi ini. Tapi si mas Rony, punya sarapan sendiri, yaitu mie instan,
karena dia tidak suka makan oatmel. Padahal kawan-kawan yang lain 'memaksanya'
untuk mencoba oatmel. Tapi si Mas Rony tetap pada pendiriannya. Ya sudahlah,
.hehe, .
Setelah menu breakfast
dilahap habis, sekarang waktunya mengemasi tenda dan perlengkapan lain untuk
bersiap melanjutkan pendakian. Tepat jam 09.00 kami sudah selesai mem-packing
barang bawaan masing-masing, dan siap untuk berangkat. Seperti biasa, diawali
dengan briefing dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan kelancaran
dan perlindungan selama pendakian.
Ji. .Ro. .Lu. .Budaal !!!
Seperti biasa, kami langsung
berhadapan dengan trek tanjakan berbatu khas pegunungan. Kami melangkah secara
perlahan dan pasti, menikmati perjalanan. Sambil terus fokus, karena di sisi
kanan kami adalah jurang. Cuaca pagi ini masih lumayan cerah walaupun dari
kejauhan nampak kabut tipis mulai menutupi punggungan Gunung Arjuno. Setelah
berjalan kurang lebih 45 menit, kami mendapati sebuah pos peristirahatan,
lumayan untuk sedikit meregangkan otot sejenak. Lagipula, hujan sudah mulai
turun jadi sekalian kami berteduh. Sekitar 10 menit beristirahat, kami pun
melanjutkan perjalanan.
Trek yang kami lalui sekarang
menjadi lebih “menyebalkan”. Kami harus melalui tanjakan-tanjakan dengan
kemiringan lebih dari 30derajat. Tidak ada trek “bonus” (re:landai). Terlalu
sering melihat ke depan, justru membuat kami semakin “jengkel” dengan trek yang
ada, hehe.. Tapi no problem. Memang inilah seni mendaki Gunung. Kalo nggak mau
capek ya sudah bobo aja di rumah. Hehe…
Kemudian, trek yang kami
lalui sedikit berbeda. Kami akan melalui trek dengan pohon-pohon pinus yang
mengelilingi kami selama pendakian. Trek inilah yang disebut “ Alas Lali Jiwo”.
Mendengar namanya, membuat kami semakin waspada. Karena kami sekarang berada di
alam bebas dengan bahaya yang selalu bisa muncul setiap waktu. Ditambah lagi,
Gunung Arjuno yang kami daki saat ini sangat kental dengan mitos-mitosnya.
Salah satu mitos yang cukup terkenal adalah ketika kita melakukan pendakian ke
Gunung Arjuno, dan di tengah perjalanan mendengar adanya suara gamelan, maka
sebaiknya jangan melanjutkan pendakian, karena akan tertimpa musibah jika
pendakian dilanjutkan. Konon, para pendaki akan menjadi bagian dari makhluk
gaib penghuni Gunung Arjuno, dan tidak akan pernah bisa kembali ke dunia nyata.
Itulah alam. Selalu rendah hati dan ingat Nama-Nya adalah hal terbaik yang bisa
dilakukan.
Jalanan setapak yang kami
lalui kini sedikit bersahabat, alias tidak melulu tanjakan, tapi diselingi trek
landai. Lumayan. Sejauh kami berjalan, barisan pohon pinus yang menjulang
tinggi mengelilingi kami. Setelah berjalan kurang lebih 4,5 jam, akhirnya kami
tiba di pos 3, yaitu Pondokan. Di sini terdapat beberapa bangunan sederhana
yang biasa ditempati oleh para penambang
Belerang.
Kami beristirahat sejenak di
Pondokan untuk mengatur napas dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan
perjalanan, karena kami tidak berencana bermalam di Pondokan, tapi kami akan
bermalam di Lembah Kijang, yang dapat ditempuh dalam 30 menit perjalanan saja
dari Pondokan.
Pukul 15.30, kami telah tiba
di Lembah Kijang. Kami mendapati areal yang tidak terlalu luas tapi cukup untuk
mendirikan 3 tenda, dan yang terpenting adalah dekat dengan sumber mata air.
Kami pun bergegas untuk mendirikan tenda dan mempersiapkan untuk makan malam.
Menu makan malam ini adalah Nasi sayur sop dengan lauk nugget. Cukup banyak
kami membuat makan malam, sebagai pengganti energi setelah lumayan terkuras
dengan trek pendakian mulai dari pos Kokopan sampai ke Lembah Kijang. Sekaligus
untuk mempersiapkan tenaga untuk melakukan pendakian ke Puncak Arjuno yang
rencananya dimulai jam 03.00 dini hari nanti.
Mas mukhlis sebagai chef
dengan lihainya meracik menu makan malam ini. Aroma masakan yang keluar membuat
perut kami semakin berontak untuk segera diisi dengan makanan yang ada. Hehe….
Walaupun menu makanan yang
ada cukup sederhana, tapi karena adanya rasa kebersamaan dengan kawan-kawan,
membuat hidangan makanan ini menjadi luar biasa enak ketika disantap. Diselingi
canda tawa, makan malam menjadi hal yang cukup berkesan. Momen-momen seperti
inilah yang sangat mahal harganya, dan belum tentu semua orang bisa
mendapatkannya.
Setelah makan malam habis
disantap, kini saatnya untuk beristirahat, karena dini hari nanti kami akan
mulai pendakian ke Puncak.
16 Maret 2013
Pukul 02.30 aku terbangun.
Walaupun sedikit ngantuk, aku dan kawan-kawan langsung bergegas mempersiapkan
perlengkapan untuk Summit Trekking. Tas Carrier kami tinggal di tenda, untuk
mengurangi beban kami, hanya 3 tas daypack yang kami bawa. Sedangkan para
Pasukan Cewek mempersiapkan logistik untuk summit trekking, yaitu roti 3 lapis
dengan selai kacang untuk masing-masing orang. Tapi kali ini, jumlah kami hanya
8 orang. Mas Rony memilih untuk tidak ikut pendakian ke Puncak bersama kami dan
memilih untuk menjaga tenda.
Well, setelah semua personil
dan perlengkapan siap, kami melakukan pemanasan sejenak untuk peregangan otot.
Dilanjutkan dengan briefing sebentar, dan berdoa Kepada Yang Maha Kuasa agar
selalu diberikan kemudahan dan perlindungan.
Kami siap untuk menapaki
Puncak Arjuno.
Ji. .Ro. .Lu. .Budal !!!
Tepat pukul 03.30 kami mulai
pendakian. Rasa kantuk dan hawa dingin menemani perjalanan kami. Jalur yang
kami lalui hanya jalan setapak bahkan terkadang kurang jelas karena tertutup
rerumputan liar, dan kalau kurang waspada, akan sedikit bingung dengan jalur
yang ada. Tapi untunglah, selama perjalanan, banyak papan penunjuk arah, maupun
tanda-tanda yang ditempel di pepohonan menuju puncak Arjuno. Di sekeliling kami
masih sama, ditumbuhi oleh jejeran pohon pinus yang menjulang tinggi.
Disaat kebanyakan orang
sedang terlelap dalam tidurnya beralaskan kasur empuk dan selimut hangat, kami
berada di hutan belantara, berjalan di gelapnya malam dan diterpa hawa dingin.
Tapi kami senang. Inilah pendakian. Dan kami yakin, tak lama lagi, perjuangan
kami akan terbayar lunas ketika kami bisa berdiri di Puncak Gunung Arjuno. Dan
apa yang akan kami dapatkan, tak akan bisa ternilai harganya.
Pukul 05.00. Matahari dengan
sedikit malu-malu mulai menampakkan wajahnya. Hawa dingin perlahan mulai
tergantikan dengan hangatnya sinar mentari pagi. Kami terus berjalan menapaki
punggungan Gunung Arjuno. Tanjakan demi tanjakan kami lalui. Cukup membuat kaki
kami terasa pegal. Sekitar pukul 06.00 kami menemukan areal datar yang cukup
lebar, lalu kami memutuskan untuk melaksanakan sholat subuh di areal tersebut.
Setelah itu, kami pun
melanjutkan perjalanan. Entah sudah di ketinggian berapa kami berada. Di
Belakang kami terlihat panorama Gunung Kembar dan Gunung Welirang.
Mentari pagi terus beranjak
dari tidurnya. Dan kini sudah pukul 07.00. Jejeran pohon pinus sudah tidak lagi
mengelilingi kami. Artinya kami telah melewati “ Alas Lali Jiwo” dan kami sudah
semakin dekat dengan puncak. Pandangan kami kini lebih leluasa. Terlihat di
belakang kami, agak jauh disana, Puncak Gunung Welirang berada 1 garis dengan
posisi kami berdiri. Bisa diperkirakan, kami telah berada di ketinggian 3100mdpl.
Kami semakin bersemangat, karena kami yakin Puncak Arjuno sudah sangat dekat
dengan kami.
Kemudian kami tiba di sebuah
dataran, awalnya kami senang, karena kami kira sudah sampai di Puncak Arjuno.
Tapi ternyata kami salah, itu hanyalah Puncak Bayangan. Sementara Puncak Arjuno
masih terlihat cukup jauh di depan kami. Yah, tak apalah, sedikit memberikan
harapan kepada kami, setelah cukup lelah kami berjalan. Hehe….
Kami lanjutkan perjalanan,
dan kami melewati sebuah dataran yang disana terdapat kuburan, entah kuburan
siapa. Iniliah yang dinamakan Kawasan “Pasar Dieng” atau ada yang menyebut
“Pasar Setan”. Di kawasan ini, ada mitos yang cukup kuat. Sesuai namanya,
menurut orang yang bisa melihat hal-hal gaib, di kawasan ini, seringkali pada
waktu-waktu tertentu, merupakan tempat berkumpulnya para makhluk-makhluk gaib.
Dan konon, dari beberapa pendaki yang pernah bermalam di sekitar “Pasar Dieng”
ini ketika malam hari mendengar suara-suara yang sangat ramai, padahal saat itu
tidak ada orang sama sekali selain rombongan mereka.
Entahlah, hanya sekedar mitos
atau memang benar-benar nyata. Tapi yang pasti, kita harus ingat bahwa di dunia
ini, Allah menciptakan berbagai macam makhluk, baik yang nyata dan yang gaib.
Tawakkal dan berserah diri Kepada-Nya adalah hal yang terbaik yang bisa
dilakukan.
Setelah kami melewati kawasan
Pasar Dieng, sekitar 30 menit kemudian, akhirnya kami tiba di sebuah tempat
yang kami perjuangkan sejak awal pendakian. Puncak Gunung Arjuno. Ya, tepat
pukul 08.00 kami berdiri di Puncak Gunung Arjuno. Rasa syukur yang tak
terhingga kami ucapkan kepada Yang Maha Kuasa karena dapat berdiri di Puncak
Gunung Arjuno untuk dapat melihat Kebesaran dan Keagungan-Nya. Seketika kami
disadarkan kembali bahwa sebagai manusia, kita bukanlah siapa-siapa, dan tidak
ada apa-apanya. Kita begitu kecil di hadapan-Nya. Seperti yang terlihat saat ini, hamparan langit luas yang
entah dimana ujungnya terbentang di hadapan kami. Kami sekarang berada di
ketinggian 3390 mdpl. Syukur Alhamdulillah. Rasa lelah, letih, setelah menempuh
perjalanan kurang lebih 15 jam, kini akhirnya terbayar lunas dan tuntas.
Berdiri di Puncak Gunung Arjuno adalah sebuah momen yang tak akan pernah kami
lupakan dan tak akan pernah bisa ternilai harganya. Benar-benar luar biasa.
Kami sangat menikmati momen
saat berada di Puncak Gunung Arjuno. Pandangan kami sangat leluasa. Hamparan
langit luas terbentang di hadapan kami. Jauh di bawah sana, terlihat tatanan
kota Malang dan sekitarnya. Dan dari Puncak Arjuno, terlihat Gunung Semeru yang
begitu disegani berada jauh di depan kami. Semoga suatu saat kami juga bisa
berada di puncaknya. Luar biasa indah. Ini Indonesiaku. Begitu bangga aku
menjadi orang Indonesia dengan segala keindahan alam yang tak pernah ada
habisnya. Dan saat ini aku menikmati keindahan Indonesiaku.
Tapi sayang, kami tidak bisa
berlama-lama berada di Puncak Gunung Arjuno, karena kondisi cuaca yang bisa
begitu cepat berubah seperti datangnya badai. Sehingga tanpa buang-buang waktu
lagi, kami mengabadikan momen di Puncak Arjuno. Dimulai dengan foto narsis
pribadi, dan terakhir dilanjutkan foto keluarga bersama GAMANANTA.
Setelah puas berfoto ria,
kami langsung turun kembali menuju kawasan Pasar Dieng untuk beristirahat dan
menyantap menu makan pagi ala kadarnya, yang penting energy dapat terpenuhi.
Cukup lama kami beristirahat di Pasar Dieng, lalu kami melanjutkan perjalanan
turun menuju Lembah Kijang. Perjalanan turun tidak serta merta mudah, sama
melelahkan ketika perjalanan menuju puncak. Ketahanan fisik kami benar-benar
diuji.
Jam sudah menunjukkan pukul
11.30. Lembah Kijang Sudah mulai terlihat, tapi kemudian dari kejauhan kami
melihat ada orang yang melakukan pendakian sendiri, dan sepertinya kami tahu
siapa orang itu. Ya, itu Mas Rony. Ternyata Mas Rony berinisiatif untuk
menyusul kami menuju puncak, karena sebelum pendakian Mas Rony bilang kalau jam
11.00 kami belum juga sampai di Lembah Kijang, dia akan menyusul kami, khawatir
kami tersesat. Inisiatif yang cukup bagus. Tapi syukurlah kami tidak tersesat,
hanya butuh waktu yang agak lama untuk bisa kembali ke Lembah Kijang, karena
beberapa kali kami harus break untuk mengumpulkan tenaga yang terkuras. Pukul
12.30 akhirnya kami sampai kembali di Lembah Kijang. Alhamdulillah.
Kami mengistirahatkan badan
sejenak. Tapi tak lama kemudian, hujan mulai turun. Kami semua masuk ke dalam
tenda cewek (Nah Lho..). Hehe…Kami ngumpul di dalam tenda cewek, tujuannya buat
sharing-sharing pengalaman ditambah acara main kartu poker, sambil nunggu hujan
reda buat persiapan masak untuk makan malam. Hujan di luar cukup deras, dan
hawanya cukup dingin, untunglah kami semua ada di dalam 1 tenda, jadi terasa
hangat. Keakraban dan kehangatan kebersamaan bersama kawan-kawan GAMANANTA
mampu mengalahkan rasa dingin di luar sana. Hehe….
Setelah hujan reda, kami pun
langsung mempersiapkan memasak untuk makan malam. Menu makan malam ini adalah
oseng-oseng sayur dengan lauk nugget. Seperti biasa Chef Mukhlis dengan
terampil meracik menu makan malam. Tapi malam ini agak sedikit berbeda, Mas
Mukhlis tidak bisa makan bareng kawan-kawan, karena kondisi badannya kurang
fit, dan tadi sore langsung tidur setelah selesai memasak.
Setelah makan malam, kami
melakukan briefing sebentar mengenai rencana melanjutkan pendakian ke puncak
Gunung Welirang. Ya, semula kami memang merencanakan untuk mendaki 2 gunung,
yaitu Arjuno dan Welirang. Dan rencana minggu dini hari nanti kami akan
berangkat pendakian ke Gunung Welirang. Tapi dikarenakan kondisi yang tidak
memungkinkan akhirnya disepakati pendakian ke Gunung Welirang dibatalkan. Hal
ini untuk menjaga keselamatan dan keamanan masing-masing orang. Kondisi fisik
kami sudah terlalu payah dan tenaga terkuras setelah pendakian ke Puncak
Arjuno. Biarlah lain waktu jika ada kesempatan kami akan kembali untuk mendaki
Gunung Welirang. Toh Gunung Welirang juga tidak akan kemana-mana juga kan,
Hehe…….
17 Maret 2013
Pukul 07.00 kami semua telah
bangun dan mempersiapkan untuk acara sarapan pagi. Kondisi Mas Mukhlis sudah
lebih baik dari kemarin. Menu sarapan pagi ini adalah Sayur Sop, dengan lauk
Omelete, dan perkedel. Kami habiskan sisa logistik, agar bisa mengurangi beban
bawaan ketika perjalanan turun nanti.
Pukul 09.00 kami mulai
membongkar tenda dan melakukan packing untuk persiapan perjalanan turun. Dan pukul
10.30 kami selesai melakukan packing dan semuanya telah siap untuk melakukan
perjalanan kembali ke Pos Tretes. Briefing sebentar, dilanjutkan Berdoa kepada
Yang Maha Kuasa.
Ji. .Ro. .Lu. .Budal !!!
Cuaca hari ini cukup cerah,
dan semoga tetap cerah sampai kami tiba di Pos Tretes. Perjalanan turun kami
jalani dengan santai, apalagi dengan kondisi fisik yang sudah benar-benar
terkuras selama 3 hari pendakian ke puncak. Kami nikmati perjalanan ini. Di
tengah perjalanan, kami bertemu dengan beberapa pendaki yang akan melakukan
pendakian ke Gunung Welirang. Keakraban begitu cepat terasa, walaupun kami
tidak pernah mengenal mereka sebelumya. Ya, momen seperti itu hanya bisa
didapat ketika melakukan pendakian.
Kabut mulai turun, dan menghalangi
pandangan kami. Kami berjalan sambil menjaga jarak agar tidak terpisah terlalu
jauh. Perjalanan turun sama “menjengkelkan” dengan pada saat pendakian menuju
puncak. Sama-sama membuat kaki terasa sangat pegal, bahkan sesekali bergetar
karena saking capeknya berjalan dan menahan beban. Benar-benar menguji
ketahanan fisik.
Pukul 14.00 kami tiba di Pos
Kokopan. Disini kami beristirahat cukup lama untuk mengisi perut dengan oatmel,
sisa logistik yang ada. Lumayan untuk menambah energy sebelum melanjutkan
perjalanan. Setelah istirahat cukup, perjalanan pun dilanjutkan. Cukup cepat
kami berjalan ketika turun. Mungkin motivasi untuk bisa cepat sampai ke rumah
bisa mengalahkan capek yang luar biasa melanda kami. Hehe….
Dan Alhamdulillah, pukul
17.30 kami tiba di Pos Tretes dengan keadaaan selamat, tanpa kurang 1 apapun
dan dengan jumlah personil yang lengkap seperti pada awal pendakian, walaupun
badan sudah terasa remek, dan segera ingin bisa tidur nyenyak malam ini.
-Gunung tidak bisa memberikan harta berharga, tapi
bisa memberikan ilmu yang tiada tara-
Minggu, 15 Juli 2012
Si Pendidik dan Yang di-didik
Tidak mudah menjadi seorang pendidik
yang benar-benar bisa mendidik seseorang dan mengajarkan seseorang untuk
menjadi bisa melakukan suatu hal. Seorang yang berprofesi sebagai Guru, belum
tentu bisa dikatakan sebagai seorang pendidik yang baik. Karena berhasil
tidaknya seseorang dalam mendidik, bukan bergantung pada profesinya, tapi
bagaimana metode dan cara yang dipakai oleh si pendidik itu sendiri di dalam
proses mendidik. Mendidik bukanlah menggurui, yang hanya menjelaskan panjang
lebar tentang suatu hal, tapi yang di-didik tidak bisa memahami apa yang
dijelaskan oleh si Pendidik atau dengan kata lain tidak memberikan hasil sama
sekali. Mendidik adalah lebih kepada memberikan contoh konkret tentang apa yang
sedang diajarkan dan menggunakan metode dan cara agar yang di-didik bisa
memahami apa yang diajarkan kepadanya. Untuk membuat proses mendidik itu
menjadi usaha yang berhasil, yang paling mendasar dan harus dipenuhi, yaitu
adanya saling pengertian dan saling respek antara Pendidik maupun yang di
didik. Kenapa demikian? Karena jika tidak ada pengertian dan saling respek satu
sama lain, meskipun proses mendidik dilakukan berapa lamapun, tidak akan ada
hasilnya.
Ibarat 2 orang yang akan berjalan menuju sebuah tempat, tapi diantara
mereka tidak ada rasa pengertian, tidak ada kesepahaman. Orang pertama ingin
berjalan cepat, tapi orang kedua ingin berjalan lebih santai. Hasilnya apa,
tidak akan bisa beriringan kedua orang tersebut dalam berjalan menuju ke tempat
yang dituju, begitupun pada akhirnya, mereka tidak akan bisa berbarengan tiba
di tempat tujuan mereka.
Ilustrasi tersebut sama dengan
proses mendidik. Kalau sejak awal, antara si pendidik dan yang di-didik tidak
ada saling pengertian, saling respek, saling memahami, hasilnya akan percuma
saja. Si pendidik maunya A, tapi yang di didik maunya B. Nah, disinilah
sebenarnya ujian kapasitas dari si Pendidik itu sendiri. Bagaimana Si pendidik
menggunakan metode dan caranya untuk bisa mengerti dan memahami apa yang dimau
oleh didikannya, sehingga ada respek dan antusias untuk menerima didikan,
sehingga nantinya proses mendidik akan berjalan mudah dan dapat diatur dengan
mudah, yang pada akhirnya bertujuan agar proses mendidik tersebut membuahkan
hasil yang maksimal. Setiap pendidik memiliki metode dan caranya masing-masing
dalam mendidik, begitupun yang di-didik, pasti memiliki begitu banyak keragaman
karakter dan watak. Seorang pendidik harus pandai-pandai membaca karakter yang
di-didik dan memilih metode yang pas yang akan digunakan dalam mendidik.
Pemilihan metode mendidik haruslah didasarkan atas kebutuhan yang di-didik
bukan atas keinginan pribadi semata. Pada kondisi ini, seorang pendidik dapat
dikatakan berada posisi lebih mengalah kepada yang di-didik. Hal itu bukanlah
menjadi suatu masalah, yang paling penting adalah bagaimana proses mendidik itu
dapat berlangsung efektif dan membuahkan hasil. Dengan memilih metode yang pas
untuk yang di-didik, secara otomatis akan membuat si didikan menjadi respek
kepada si pendidik dan memiliki antusias untuk memperhatikan segala apa yang
diajarkan kepadanya. Jika respek itu sudah didapat, akan lebih mudah dalam
mendidik, sebaliknya, jika yang di-didik tidak respek dan tidak memiliki
antusias kepada si pendidik, Karena merasa tidak ada yang menarik, proses
mendidik akan menjadi terhambat, dan hasilnya pun tidak akan seperti yang
diharapkan.
Oleh karena itu, jadilah seorang
pendidik yang benar-benar bisa mendidik, bisa memberikan contoh teladan untuk
anak-anak didiknya. Jangan hanya menjadi pendidik yang hanya bisa menggurui
anak didiknya, tapi hasil didikannya adalah Nol Besar alias tidak ada hasil sama sekali.
Minggu, 08 April 2012
Coretkan Mimpimu Pada Selembar Kertas
Mimpi adalah hal yang bisa terus
mendorong manusia untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Tanpa Mimpi,
hidup manusia tidak akan ada warna, tidak akan ada semangat hidup dalam
melangkah, kehidupannya akan terasa hambar. Karena tanpa Mimpi, manusia seperti
berjalan tanpa arah dan tujuan. Tapi dengan adanya Mimpi, akan ada sinar
menyala di dalam hati manusia yang akan membuat manusia terus bersemangat
menjalani hidup, melangkah ke depan dengan optimis yang tinggi untuk mencapai
kebahagiaan, yaitu terwujudnya Mimpi.
Manusia memang punya banyak Mimpi,
tapi hanya beberapa Mimpi yang bisa diwujudkan, sedang Mimpi lainnya hanya
sekedar angan-angan yang melayang entah kemana tanpa bisa diraih. Ada banyak
faktor penyebab Mimpi tidak bisa diwujudkan. Salah satunya adalah kurangnya fokus
dalam mengejar Mimpi tersebut. Cobalah untuk menuliskan Mimpi-Mimpi kita pada
selembar kertas. Tuliskan Mimpi-Mimpi kita secara spesifik. Berapapun Mimpi
kita dan apapun Mimpi kita, tuliskan saja. Tidak perlu berpikir apakah kita
mungkin untuk meraih Mimpi tersebut.
Setelah kita menuliskan semua mimpi
kita pada selembar kertas. Sekarang bacalah mimpi-mimpi kita yang telah kita
tulis mulai dari awal. Selesai membaca tiap mimpi kita, bayangkan kita bisa
meraih mimpi tersebut, bayangkan kebahagaiaan yang akan kita rasakan ketika
kita bisa mewujudkan mimpi kita. Lalu kita bayangkan sepintas saja, bagaimana
alur dan proses yang mungkin nantinya akan kita jalani hingga mencapai mimpi
kita. Bayangkan saja, walaupun hal itu sepertinya mustahil dan tidak masuk akal
bagi kita. Tapi just do it !! Karena dengan membayangkan hal positif, itu akan
merangsang otak kita untuk selalu bertindak kearah yang positif.
Baca 1 per 1 mimpi kita sampai
habis, dan di akhir mimpi yang kita baca. Ucapkan secara perlahan “Saya akan
meraih semua mimpi saya!!” Resapi secara mendalam kalimat terakhir tersebut.
Baca mimpi-mimpi pada selembar kertas tersebut tiap pagi setelah bangun tidur,
dan tentukan mana yang akan anda wujudkan terlebih dahulu. Lalu fokuslah untuk
mengejar mimpi tersebut. Jika satu mimpi telah kita capai, coretlah mimpi
tersebut dari daftar mimpi kita.
Dengan usaha, doa, dan keyakinan
yang kuat, yakinlah bahwa suatu hari nanti, Pada selembar kertas tersebut, kita
hanya akan menemukan coretan-coretan, karena kita telah berhasil mewujudkan
semua mimpi kita.
Langganan:
Postingan (Atom)