Tidak mudah menjadi seorang pendidik
yang benar-benar bisa mendidik seseorang dan mengajarkan seseorang untuk
menjadi bisa melakukan suatu hal. Seorang yang berprofesi sebagai Guru, belum
tentu bisa dikatakan sebagai seorang pendidik yang baik. Karena berhasil
tidaknya seseorang dalam mendidik, bukan bergantung pada profesinya, tapi
bagaimana metode dan cara yang dipakai oleh si pendidik itu sendiri di dalam
proses mendidik. Mendidik bukanlah menggurui, yang hanya menjelaskan panjang
lebar tentang suatu hal, tapi yang di-didik tidak bisa memahami apa yang
dijelaskan oleh si Pendidik atau dengan kata lain tidak memberikan hasil sama
sekali. Mendidik adalah lebih kepada memberikan contoh konkret tentang apa yang
sedang diajarkan dan menggunakan metode dan cara agar yang di-didik bisa
memahami apa yang diajarkan kepadanya. Untuk membuat proses mendidik itu
menjadi usaha yang berhasil, yang paling mendasar dan harus dipenuhi, yaitu
adanya saling pengertian dan saling respek antara Pendidik maupun yang di
didik. Kenapa demikian? Karena jika tidak ada pengertian dan saling respek satu
sama lain, meskipun proses mendidik dilakukan berapa lamapun, tidak akan ada
hasilnya.
Ibarat 2 orang yang akan berjalan menuju sebuah tempat, tapi diantara
mereka tidak ada rasa pengertian, tidak ada kesepahaman. Orang pertama ingin
berjalan cepat, tapi orang kedua ingin berjalan lebih santai. Hasilnya apa,
tidak akan bisa beriringan kedua orang tersebut dalam berjalan menuju ke tempat
yang dituju, begitupun pada akhirnya, mereka tidak akan bisa berbarengan tiba
di tempat tujuan mereka.
Ilustrasi tersebut sama dengan
proses mendidik. Kalau sejak awal, antara si pendidik dan yang di-didik tidak
ada saling pengertian, saling respek, saling memahami, hasilnya akan percuma
saja. Si pendidik maunya A, tapi yang di didik maunya B. Nah, disinilah
sebenarnya ujian kapasitas dari si Pendidik itu sendiri. Bagaimana Si pendidik
menggunakan metode dan caranya untuk bisa mengerti dan memahami apa yang dimau
oleh didikannya, sehingga ada respek dan antusias untuk menerima didikan,
sehingga nantinya proses mendidik akan berjalan mudah dan dapat diatur dengan
mudah, yang pada akhirnya bertujuan agar proses mendidik tersebut membuahkan
hasil yang maksimal. Setiap pendidik memiliki metode dan caranya masing-masing
dalam mendidik, begitupun yang di-didik, pasti memiliki begitu banyak keragaman
karakter dan watak. Seorang pendidik harus pandai-pandai membaca karakter yang
di-didik dan memilih metode yang pas yang akan digunakan dalam mendidik.
Pemilihan metode mendidik haruslah didasarkan atas kebutuhan yang di-didik
bukan atas keinginan pribadi semata. Pada kondisi ini, seorang pendidik dapat
dikatakan berada posisi lebih mengalah kepada yang di-didik. Hal itu bukanlah
menjadi suatu masalah, yang paling penting adalah bagaimana proses mendidik itu
dapat berlangsung efektif dan membuahkan hasil. Dengan memilih metode yang pas
untuk yang di-didik, secara otomatis akan membuat si didikan menjadi respek
kepada si pendidik dan memiliki antusias untuk memperhatikan segala apa yang
diajarkan kepadanya. Jika respek itu sudah didapat, akan lebih mudah dalam
mendidik, sebaliknya, jika yang di-didik tidak respek dan tidak memiliki
antusias kepada si pendidik, Karena merasa tidak ada yang menarik, proses
mendidik akan menjadi terhambat, dan hasilnya pun tidak akan seperti yang
diharapkan.
Oleh karena itu, jadilah seorang
pendidik yang benar-benar bisa mendidik, bisa memberikan contoh teladan untuk
anak-anak didiknya. Jangan hanya menjadi pendidik yang hanya bisa menggurui
anak didiknya, tapi hasil didikannya adalah Nol Besar alias tidak ada hasil sama sekali.