Minggu, 15 Juli 2012

Si Pendidik dan Yang di-didik


     Tidak mudah menjadi seorang pendidik yang benar-benar bisa mendidik seseorang dan mengajarkan seseorang untuk menjadi bisa melakukan suatu hal. Seorang yang berprofesi sebagai Guru, belum tentu bisa dikatakan sebagai seorang pendidik yang baik. Karena berhasil tidaknya seseorang dalam mendidik, bukan bergantung pada profesinya, tapi bagaimana metode dan cara yang dipakai oleh si pendidik itu sendiri di dalam proses mendidik. Mendidik bukanlah menggurui, yang hanya menjelaskan panjang lebar tentang suatu hal, tapi yang di-didik tidak bisa memahami apa yang dijelaskan oleh si Pendidik atau dengan kata lain tidak memberikan hasil sama sekali. Mendidik adalah lebih kepada memberikan contoh konkret tentang apa yang sedang diajarkan dan menggunakan metode dan cara agar yang di-didik bisa memahami apa yang diajarkan kepadanya. Untuk membuat proses mendidik itu menjadi usaha yang berhasil, yang paling mendasar dan harus dipenuhi, yaitu adanya saling pengertian dan saling respek antara Pendidik maupun yang di didik. Kenapa demikian? Karena jika tidak ada pengertian dan saling respek satu sama lain, meskipun proses mendidik dilakukan berapa lamapun, tidak akan ada hasilnya. 

     Ibarat 2 orang yang akan berjalan menuju sebuah tempat, tapi diantara mereka tidak ada rasa pengertian, tidak ada kesepahaman. Orang pertama ingin berjalan cepat, tapi orang kedua ingin berjalan lebih santai. Hasilnya apa, tidak akan bisa beriringan kedua orang tersebut dalam berjalan menuju ke tempat yang dituju, begitupun pada akhirnya, mereka tidak akan bisa berbarengan tiba di tempat tujuan mereka.

     Ilustrasi tersebut sama dengan proses mendidik. Kalau sejak awal, antara si pendidik dan yang di-didik tidak ada saling pengertian, saling respek, saling memahami, hasilnya akan percuma saja. Si pendidik maunya A, tapi yang di didik maunya B. Nah, disinilah sebenarnya ujian kapasitas dari si Pendidik itu sendiri. Bagaimana Si pendidik menggunakan metode dan caranya untuk bisa mengerti dan memahami apa yang dimau oleh didikannya, sehingga ada respek dan antusias untuk menerima didikan, sehingga nantinya proses mendidik akan berjalan mudah dan dapat diatur dengan mudah, yang pada akhirnya bertujuan agar proses mendidik tersebut membuahkan hasil yang maksimal. Setiap pendidik memiliki metode dan caranya masing-masing dalam mendidik, begitupun yang di-didik, pasti memiliki begitu banyak keragaman karakter dan watak. Seorang pendidik harus pandai-pandai membaca karakter yang di-didik dan memilih metode yang pas yang akan digunakan dalam mendidik. 

     Pemilihan metode mendidik haruslah didasarkan atas kebutuhan yang di-didik bukan atas keinginan pribadi semata. Pada kondisi ini, seorang pendidik dapat dikatakan berada posisi lebih mengalah kepada yang di-didik. Hal itu bukanlah menjadi suatu masalah, yang paling penting adalah bagaimana proses mendidik itu dapat berlangsung efektif dan membuahkan hasil. Dengan memilih metode yang pas untuk yang di-didik, secara otomatis akan membuat si didikan menjadi respek kepada si pendidik dan memiliki antusias untuk memperhatikan segala apa yang diajarkan kepadanya. Jika respek itu sudah didapat, akan lebih mudah dalam mendidik, sebaliknya, jika yang di-didik tidak respek dan tidak memiliki antusias kepada si pendidik, Karena merasa tidak ada yang menarik, proses mendidik akan menjadi terhambat, dan hasilnya pun tidak akan seperti yang diharapkan. 

     Oleh karena itu, jadilah seorang pendidik yang benar-benar bisa mendidik, bisa memberikan contoh teladan untuk anak-anak didiknya. Jangan hanya menjadi pendidik yang hanya bisa menggurui anak didiknya, tapi hasil didikannya adalah Nol Besar alias tidak ada hasil sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar